Kata matematika diadopsi dari kata yunani kuno yaitu μάθημα (mathema) yang diartikan sebagai sains, ilmu pengetahuan, pengkajian, belajar, pembelajaran atau mata pelajaran. Kata sifat μάθημα (mathema) yaitu μαθηματικός (mathematikós) yang diartikan sebagai suka belajar atau tekun belajar. Secara khusus matematika yaitu μαθηματικὴ τέχνη (mathēmatikḗ tékhnē), di dalam bahasa Latin ars mathematica, berarti seni matematika.
Menurut wettgenstein, matematika tak lain adalah metode berfikir logis. Di mana dalam perkembangannya menjadi matematika Berdasarkan perkembangannya masalah yang dihadapi logika makin lama makin rumit dan membutuhkan struktur analisis yang lebih sempura. Dalam perspekktif inilah maka logika berkembang menjadi matematika, seperti yang disimpulkan bertand Russell “matematika adalah masa kedewasaan logika, sedangkan logika adalah masa kecil matematika”.
Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut ilmu matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Albert Einstein, di pihak lain, menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan."
Matematika pada garis besarnya merupakan pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan logika deduktif. Memang tidak semua ahli filsafat setuju dengan pernyataan bahwa matematika adalah pengetahuan yang bersifat deduktif . Immanuel Kant (1724 - 1804) umpanya berpendapat bahwa matematika pengetahuan sintetik a priori dimana eksistensi matematika tergantung kepada dunia pengalama kita.
Secara umum matematika adalah studi besaran, struktur, ruang, relasi, perubahan, dan beraneka topik pola, bentuk, dan entitas. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika.
Namun pada dasarnya dewasa ini orang berpendapat bahwa matematika merupakan pengetahuan yang bersifat rasional yang keberadaannya tidak tergantung kepada pembuktian secara empiris. Perhitungan matematika bukanlah suatu eksperimen, kata Wittgenstein, sebuah pernyataan matematika tidaklah mengekspresika produk pikiran (tentang objek yang faktual).
1. Sejarah dan periode Matematika
Di dunia ini banyak sekali sejarah dalam kehidupan kita. Salah satunya sejarah ilmu matematika. Sejarah dalam bidang matematika ini, juga meliputi banyak hal, misalnya saja sejarah perkembangan matematika di suatu daerah, sampai dengan penemuan-penemuan dalam bidang matematika oleh para ahli matematikawan dunia.
Griffits dan Howson (1974) membagi sejarah perkembangan matematika menjadi empat tahap. Tahap pertama dimulai dengan matematika yang berkembang pada peradaban mesir kuno dan daerah sekitarnya seperti babylonia, dan Mesopotamia (kini iran). Dimana matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia. Dimana pada peradaban helenistik di sebut matematika babylonia. Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60).
Sedangkan di mesir, Matematika Mesir merujuk pada matematika yang ditulis dalam bahasa Mesir. Yang melahirkan lembaran – lembaran matematika diantaranya Lembaran Rhind (kadang-kadang disebut juga "Lembaran Ahmes" berdasarkan penulisnya), lembaran Moskwa, juga dari zaman Kerajaan Pertengahan, bertarikh kira-kira 1890 SM, dan lembaran Berlin (kira-kira 1300 SM).
Sejak peradaban helenistik, Yunani menggantikan bahasa Mesir sebagai bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Bangsa Mesir, dan sejak itulah matematika Mesir melebur dengan matematika Yunani dan Babilonia yang membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian matematika di Mesir berlanjut di bawah Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika bahasa Arab menjadi bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir.
Tahap kedua terjadi di timur dimana pada sekitar tahun 1000 bangsa arab, india, dan cina mengembangkan ilmu hitung dan aljabar. Mereka menemukan angka nol dan cara penggunaan decimal serta mengenbangkan kegunaan praktis dari ilmu hitung dan aljabar tersebut. Tahap ketiga penemuan ilmu hitung dan aljabar itu dikaji kembali dalam zaman renaissance yang meletakan dasar bagi kemajuan matematika modern selanjutnya tahapan keempat. Ditemukanlah di antarnya kalkulus deferensial yang memungkinkan kemajuan ilmu yang cepat di abad ke – 17 dan revolusi di abad ke 18.
Sejarah perkembangan ilmu matematika berkembang sesuai dengan zamannya. Sebelum zaman modern pengembangan matematika sudah mengalami zaman kejayaan. Dibuktikan dengan penemuan tulisan matematika terkuno yaitu plimton 322 (matematika Babilonia sekitar 1900 SM), Lembaran Matematika Rhind (Matematika Mesir sekitar 2000-1800 SM) dan Lembaran Matematika Moskwa (matematika Mesir sekitar 1890 SM) di mana semua tulisan itu membahas tentang teori yang dikenal sebagai teorema phytagoras, yang tampak menjadi pengembangan matematika tertua dan paling tersebar luas setelah aritmatika dasar dan geometri.
Pada tahun 2000 SM sampai dengan 300 M, telah muncul Ilmu Hitung, Geometri, dan Logika, Pada 300 M sampai dengan 1400 M telah berkembang teori bilangan, Geometri Analitik, Aljabar, dan Trigonometri. Serta sejarah perkembangan ilmu sampai abad ke-20 yang melahirkan tentang Logika matematika,Geometri non Euclid, dan lain-lain.
Menurut wettgenstein, matematika tak lain adalah metode berfikir logis. Di mana dalam perkembangannya menjadi matematika Berdasarkan perkembangannya masalah yang dihadapi logika makin lama makin rumit dan membutuhkan struktur analisis yang lebih sempura. Dalam perspekktif inilah maka logika berkembang menjadi matematika, seperti yang disimpulkan bertand Russell “matematika adalah masa kedewasaan logika, sedangkan logika adalah masa kecil matematika”.
Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut ilmu matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Albert Einstein, di pihak lain, menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan."
Matematika pada garis besarnya merupakan pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan logika deduktif. Memang tidak semua ahli filsafat setuju dengan pernyataan bahwa matematika adalah pengetahuan yang bersifat deduktif . Immanuel Kant (1724 - 1804) umpanya berpendapat bahwa matematika pengetahuan sintetik a priori dimana eksistensi matematika tergantung kepada dunia pengalama kita.
Secara umum matematika adalah studi besaran, struktur, ruang, relasi, perubahan, dan beraneka topik pola, bentuk, dan entitas. Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi matematika.
Namun pada dasarnya dewasa ini orang berpendapat bahwa matematika merupakan pengetahuan yang bersifat rasional yang keberadaannya tidak tergantung kepada pembuktian secara empiris. Perhitungan matematika bukanlah suatu eksperimen, kata Wittgenstein, sebuah pernyataan matematika tidaklah mengekspresika produk pikiran (tentang objek yang faktual).
1. Sejarah dan periode Matematika
Di dunia ini banyak sekali sejarah dalam kehidupan kita. Salah satunya sejarah ilmu matematika. Sejarah dalam bidang matematika ini, juga meliputi banyak hal, misalnya saja sejarah perkembangan matematika di suatu daerah, sampai dengan penemuan-penemuan dalam bidang matematika oleh para ahli matematikawan dunia.
Griffits dan Howson (1974) membagi sejarah perkembangan matematika menjadi empat tahap. Tahap pertama dimulai dengan matematika yang berkembang pada peradaban mesir kuno dan daerah sekitarnya seperti babylonia, dan Mesopotamia (kini iran). Dimana matematika Babilonia merujuk pada seluruh matematika yang dikembangkan oleh bangsa Mesopotamia. Dimana pada peradaban helenistik di sebut matematika babylonia. Matematika Babilonia ditulis menggunakan sistem bilangan seksagesimal (basis-60).
Sedangkan di mesir, Matematika Mesir merujuk pada matematika yang ditulis dalam bahasa Mesir. Yang melahirkan lembaran – lembaran matematika diantaranya Lembaran Rhind (kadang-kadang disebut juga "Lembaran Ahmes" berdasarkan penulisnya), lembaran Moskwa, juga dari zaman Kerajaan Pertengahan, bertarikh kira-kira 1890 SM, dan lembaran Berlin (kira-kira 1300 SM).
Sejak peradaban helenistik, Yunani menggantikan bahasa Mesir sebagai bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Bangsa Mesir, dan sejak itulah matematika Mesir melebur dengan matematika Yunani dan Babilonia yang membangkitkan Matematika helenistik. Pengkajian matematika di Mesir berlanjut di bawah Khilafah Islam sebagai bagian dari matematika Islam, ketika bahasa Arab menjadi bahasa tertulis bagi kaum terpelajar Mesir.
Tahap kedua terjadi di timur dimana pada sekitar tahun 1000 bangsa arab, india, dan cina mengembangkan ilmu hitung dan aljabar. Mereka menemukan angka nol dan cara penggunaan decimal serta mengenbangkan kegunaan praktis dari ilmu hitung dan aljabar tersebut. Tahap ketiga penemuan ilmu hitung dan aljabar itu dikaji kembali dalam zaman renaissance yang meletakan dasar bagi kemajuan matematika modern selanjutnya tahapan keempat. Ditemukanlah di antarnya kalkulus deferensial yang memungkinkan kemajuan ilmu yang cepat di abad ke – 17 dan revolusi di abad ke 18.
Sejarah perkembangan ilmu matematika berkembang sesuai dengan zamannya. Sebelum zaman modern pengembangan matematika sudah mengalami zaman kejayaan. Dibuktikan dengan penemuan tulisan matematika terkuno yaitu plimton 322 (matematika Babilonia sekitar 1900 SM), Lembaran Matematika Rhind (Matematika Mesir sekitar 2000-1800 SM) dan Lembaran Matematika Moskwa (matematika Mesir sekitar 1890 SM) di mana semua tulisan itu membahas tentang teori yang dikenal sebagai teorema phytagoras, yang tampak menjadi pengembangan matematika tertua dan paling tersebar luas setelah aritmatika dasar dan geometri.
Pada tahun 2000 SM sampai dengan 300 M, telah muncul Ilmu Hitung, Geometri, dan Logika, Pada 300 M sampai dengan 1400 M telah berkembang teori bilangan, Geometri Analitik, Aljabar, dan Trigonometri. Serta sejarah perkembangan ilmu sampai abad ke-20 yang melahirkan tentang Logika matematika,Geometri non Euclid, dan lain-lain.